Bekantan: Si Hidung Panjang yang Menggemaskan, Ikon Satwa Unik Indonesia dari Tanah Borneo

Kalimantan kembali menyuguhkan keunikan fauna melalui Bekantan (Nasalis larvatus), primata endemik dengan ciri khas hidung panjang yang hanya dimiliki oleh pejantan dewasa. Penampilan yang unik ini menjadikan Bekantan sebagai salah satu satwa unik yang paling mudah dikenali dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan peneliti. Selain hidungnya yang ikonik, Bekantan juga memiliki perut yang buncit dan bulu berwarna cokelat kemerahan. Keberadaannya sebagai satwa unik semakin memperkaya keanekaragaman hayati Indonesia.

Sayangnya, populasi satwa unik ini terus mengalami penurunan akibat hilangnya habitat yang disebabkan oleh deforestasi untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan kebakaran hutan. Bekantan sangat bergantung pada hutan mangrove dan hutan tepi sungai sebagai tempat tinggal dan sumber makanan. Fragmentasi habitat juga membatasi ruang gerak mereka dan meningkatkan risiko konflik dengan manusia. Berdasarkan laporan dari Yayasan Konservasi Bekantan Indonesia (YKBI), diperkirakan populasi Bekantan di Kalimantan telah menurun lebih dari 50% dalam beberapa dekade terakhir.

Ancaman lain yang dihadapi satwa unik ini adalah perburuan liar, meskipun tidak sebanyak satwa lain seperti harimau atau badak. Anak Bekantan terkadang ditangkap untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan ilegal. Pada hari Selasa, 22 April 2025, tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan berhasil mengamankan seekor anak Bekantan yang dipelihara secara ilegal di sebuah rumah di Banjarmasin. Kejadian ini menunjukkan bahwa perdagangan ilegal satwa liar masih menjadi ancaman nyata bagi kelestarian Bekantan.

Pemerintah Indonesia, melalui berbagai lembaga terkait seperti BKSDA dan didukung oleh organisasi konservasi, terus melakukan upaya untuk melindungi Bekantan. Upaya-upaya tersebut meliputi restorasi habitat mangrove dan hutan tepi sungai, patroli untuk mencegah perburuan dan perdagangan ilegal, serta program edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi Bekantan. Di Taman Nasional Tanjung Puting, misalnya, program rehabilitasi Bekantan yang disita dari perdagangan ilegal telah berhasil mengembalikan beberapa individu ke habitat alaminya. Selain itu, pada tanggal 5 Maret 2025, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mengeluarkan peraturan daerah yang memperkuat perlindungan terhadap Bekantan dan habitatnya.

Bekantan adalah satwa unik yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan Kalimantan. Sebagai pemakan daun-daunan (folivora), mereka membantu mengontrol pertumbuhan vegetasi. Keberadaan satwa unik ini juga menjadi indikator kesehatan lingkungan di wilayah tersebut. Melindungi Bekantan berarti juga melindungi ekosistem yang lebih luas di Kalimantan. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk perusahaan, masyarakat lokal, dan pemerintah, sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa si hidung panjang ini tetap lestari sebagai bagian dari kekayaan alam Indonesia.