Beberapa negara di kawasan ASEAN tengah menghadapi pergeseran demografi yang signifikan, ditandai dengan penurunan angka kelahiran yang membawa implikasi besar bagi masa depan mereka. Meskipun istilah “resesi seks” sering digunakan dalam konteks global lain, perhatian utama di ASEAN adalah potensi dampak dari tingkat kesuburan yang rendah ini terhadap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia.
Thailand menjadi sorotan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara dengan angka kelahiran yang terus menurun, mencapai tingkat kesuburan total yang sangat rendah. Para ahli memperingatkan tentang potensi penyusutan angkatan kerja jika tren ini berlanjut.
Singapura juga bergulat dengan tingkat kelahiran yang sangat rendah dan populasi yang menua dengan cepat, menimbulkan tantangan bagi keberlanjutan jangka panjangnya.
Vietnam dan Malaysia juga menunjukkan penurunan angka kelahiran dan struktur demografi yang menua, menimbulkan kekhawatiran tentang ketersediaan tenaga kerja di masa depan dan kemampuan untuk mendukung populasi yang lebih tua. Bahkan Brunei tercatat memiliki tingkat kelahiran yang rendah, berkontribusi pada perubahan demografi yang lebih luas di kawasan ini.
Pergeseran demografi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks Resesi Seks, termasuk perubahan gaya hidup, peningkatan urbanisasi, biaya membesarkan anak yang semakin tinggi, fokus yang lebih besar pada kemajuan karir, dan usia pernikahan yang lebih lambat.
Mengatasi tantangan ini memerlukan perencanaan kebijakan yang cermat dan pertimbangan faktor sosial dan ekonomi untuk memastikan kemakmuran dan stabilitas berkelanjutan negara-negara ASEAN ini dalam menghadapi demografi yang terus berubah.
Implikasi dari penurunan angka kelahiran ini sangat luas. Dari sudut pandang ekonomi, menyusutnya angkatan kerja dapat menghambat pertumbuhan produktivitas dan inovasi. Beban pada sistem jaminan sosial dan kesehatan juga berpotensi meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia. Secara sosial, perubahan demografi dapat memengaruhi struktur keluarga, budaya, dan bahkan dinamika politik.
Pemerintah di negara-negara ASEAN yang terdampak perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi tantangan ini. Kebijakan yang mendukung keluarga, seperti insentif keuangan untuk memiliki anak, peningkatan fasilitas penitipan anak, dan fleksibilitas kerja, dapat dipertimbangkan.