Pulau Jawa, dengan kekayaan budaya dan tradisinya, memiliki beragam jenis senjata tradisional yang unik dan memiliki fungsi masing-masing. Salah satunya adalah canggah, sebuah senjata tradisional yang bentuknya menyerupai trisula kecil atau garpu bercabang tiga. Meskipun mungkin tidak sepopuler senjata tajam lainnya, canggah memiliki peran tersendiri dalam kehidupan masyarakat Jawa tradisional, baik sebagai alat bantu maupun sebagai senjata pertahanan diri. Mempelajari canggah sebagai salah satu senjata tradisional Jawa memberikan wawasan tentang adaptasi dan kearifan lokal.
Canggah umumnya terbuat dari besi atau baja, dengan tiga ujung runcing yang memanjang dari sebuah gagang pendek yang terbuat dari kayu atau bambu. Panjang keseluruhan canggah biasanya tidak terlalu besar, sehingga mudah digenggam dan dibawa. Bentuknya yang bercabang tiga memberikan fungsi ganda, yaitu untuk menusuk atau mencengkeram.
Menurut catatan dari seorang ahli antropologi Universitas Indonesia, Dr. Dewi Purnama Sari, yang melakukan penelitian tentang peralatan tradisional Jawa di daerah Jawa Tengah pada tanggal 18 Mei 2025, canggah dulunya memiliki beberapa kegunaan dalam masyarakat pedesaan. Salah satunya adalah sebagai alat bantu dalam menangkap ikan atau belut di sawah atau sungai, di mana ujung-ujungnya yang tajam dapat digunakan untuk menusuk mangsa. Selain itu, canggah juga berpotensi digunakan sebagai alat untuk memanjat pohon dengan cara menancapkannya pada batang pohon sebagai pegangan.
Meskipun fungsi utamanya lebih sebagai alat bantu, bentuk canggah yang runcing dan kokoh juga menjadikannya berpotensi sebagai senjata tradisional untuk pertahanan diri dalam perkelahian jarak dekat. Tiga ujung yang tajam dapat memberikan efek yang lebih besar saat digunakan untuk menusuk atau melukai lawan. Namun, penggunaannya sebagai senjata tempur utama tidak pernah menjadi fokus utama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Saat ini, penggunaan canggah dalam kehidupan sehari-hari sudah sangat berkurang seiring dengan perkembangan alat-alat modern. Namun, di beberapa komunitas tradisional atau oleh para kolektor, canggah masih dihargai sebagai bagian dari warisan budaya dan kearifan lokal. Bentuknya yang unik dan fungsi gandanya menjadikannya senjata tradisional yang menarik untuk dipelajari. Upaya pelestarian mungkin lebih fokus pada nilai historisnya sebagai alat bantu dan representasi dari adaptasi masyarakat Jawa terhadap lingkungannya.